Senin, 17 September 2012

BACAna TASSESE - BAlla CArakde'na TASSESE

.. selamat datang ..

..halaman BACAna TASSESE.. tempat ngumpul terasyik..

Ini teras BACAna TASSESE.. teras ini akan kita rapikan, hiasi dengan berbagai jenis tanaman kebun yang ditanam oleh petani cilik berbakat Tassese, juga dihiasi dengan beberapa kerajinan tangan anak-anak hebat di Tassese.. Semangat^^



............................



KERJA SAMA PILAR dengan warga dan anak-anak Desa Tassese. Pulang sekolah, mereka langsung membantu. Dengan jelas menggambarkan besarnya semangat mereka agar BACAna TASSESE ini bisa cepat selesai.
Mereka tidak sabar bermain, belajar, dan merajut mimpi juga cita-cita di rumah sederhana ini..
Semangat^^
Pak Sulaeman, ditemani peralatan bangunannya yang super lengkap, selalu dengan setia membantu dan dengan sabar membimbing kami tentang cara bertukang yang benar.. Semangat^^

Semangat menata tamannya, kak..!



seru di sela-sela keringat kerja yang semangat..!
Setiap dari kita pasti cantik. Tidak peduli darimana, memakai baju apa, dan berteman dengan siapa..
begitukan, adek-adek Tassese..?



....................................................................................................................
back to work...! Semangat^^

Add caption







...............................................................................................................................

di halaman samping BACAna TASSESE, ada perkebunan ubi kayu. Selamat menikmati....
dijamin enak.. dijamin seru..
jangan lupa menanam lagi yah....
^^Semangat..



 .........................................................................................................................


berminat?

kita akan kesana lagi pertengahan Oktober 2012 untuk menyelesaikan perbaikan rumah yang belum selesai..
ayo.. kami tunggu..
email kami jika ingin ikut..
CP: tassese@gmail.com

Senin, 11 Juni 2012

namanya Paha'


Namanya Paha'. Lengkapnya, Paharuddin. Siswa kelas 2 SMP SATAP Tassese. Sehari-harinya, setelah sekolah, dia lebih banyak membantu orang tuanya mengurus pabrik penggilingan gabah di rumah. Apalagi di saat sekarang, saat pasca-panen. Ada berkarung-karung gabah yang mengantre untuk di giling di rumah Paha'.

Paha' adalah anak ke-2 dari enam bersaudara. Namun, meski anak ke-2, tapi Paha adalah laki-laki terbungsu di keluarganya. Kakaknya sudah ada di kota, tengah sekolah di SMA Handayani, kelas 2. Setahun ke depan lagi, dia pun akan menyusul. Entah di SMA mana, yang jelas menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang tertinggi adalah targetnya.

Jika ditanya tentang cita-cita, Paha' tidak pernah tahu. Tersenyum malu adalah respon tetapnya jika diajak bicara tentang cita-cita dan harapan. Kemarin, kak Agung, salah satu kawan dari Komunitas PILAR bertanya padanya. Kata kak Agung, "Kalau jadi ko Kepala Desa Tassese, apa yang pertama mau kau bikin, Paha'?". Dengan semangat, Paha' menjawab, "Perbaiki jalan!"


Tidak seperti beberapa kawannya yang sangat mengidamkan suasana dan gaya hidup kota, Paha' tidak pernah punya pikiran untuk meninggalkan Tassese. Sebuah Desa kecil di ujung Kecamatan Mannuju, Kabupaten Gowa. Baginya, tempat terindah adalah Tassese, rumahnya. Dengan percaya dan bangga, dia punya beberapa alasan yang selalu membuatnya rindu dan bangga dengan Tassese. Yaitu, pemandangannya, air terjunnya, suasananya yang sejuk, dan kebun jagung miliknya yang meskipun terletak di lereng terjal, tapi tidak pernah absen dikunjunginya setiap sore.

Paha', salah satu harapan Tassese.






- Nur Utami -

Senin, 28 Mei 2012

PENDIDIKAN DI TASSESE UNTUK SIAPA?

Prolog

APA sebenarnya tujuan dari proses pendidikan? Apakah peserta didik benar-benar membutuhkan apa yang telah diajarkan? Pelajaran seperti apa yang peserta didik butuhkan untuk menjalani hidupannya? Apa pula yang sistem pendidikan harapkan selepas peserta didik keluar dari proses pendidikan?

Tenaga pendidik merupakan modal utama dalam proses belajar. Tenaga pendidik di negeri kita ini disebut dengan guru. Guru untuk sebagian siswa menjadi sesuatu yang menyenangkan, namun tidak jarang pula ada yang menjadikannya sebagai sesuatu momok yang mengerikan. Pemegang otoritas dalam proses belajar. Aktor yang siswa anggap paling memiliki kuasa atas proses berpengetahuan di sekolah. Aktor yang berhak untuk menentukan salah dan benar. Menentukan rel pengetahuan seperti apa yang harus siswa lalui, karena dialah sumber utama pengetahuan.

Bagaimana seandainya semua otoritas itu hilang dan menggantikannya dengan otoritas bersama. Semua individu yang terlibat dalam proses belajar berhak menentukan apa yang akan mereka pelajari. Guru menyerahkan sepenuhnya kepada peserta didik untuk memilih apa yang mereka sukai dan menjadi rekan belajar bagi siswa-siswanya. Jika perlu, guru juga memposisikan dirinya sebagai individu yang sedang belajar bersama siswa.
***

Pendidikan Formal, Informal atau Alternatif ?

MENGUTIP AHMAD MAHMUDI[1], membahas pendidikan seyogyanya mampu meliputi tiga arasnya yakni fisik, sosial dan ide. Ketiga aras ini kemudian

Rabu, 11 April 2012

Aco: "Pammopporanga', Pak!"



Massangki’, salah satu tahap dari serangkaian proses menanam dan memanen padi dikebanyakan desa pelosok, juga Desa Tassese’. Bulan April-Mei ini adalah saat-saat sibuk bagi Tassese, sebuah desa kecil dengan semangat yang besar di ujung Kecamatan Mannuju, dekat Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Mereka tengah dimasa panen. Petak-petak ladang sawah yang tersebar mengelilingi desa sudah menguning. Petak-petak sawah yang menguning itu kemudian mengantri untuk dieksekusi masing-masing. Tahap pertamanya disebut massangki’.

Sangat jarang bisa kita temui ada dua atau lebih petak sawah yang dikerja dalam waktu bersamaan. Di desa ini ada sangat banyak petak sawah. Hal itu didukung dengan profesi hampir setiap warganya memang petani. Bahkan, anak kecil pun banyak yang bangga menyebut dirinya seorang calon petani, sebagian malah tidak ragu lagi. “Petanika saya, kak!” kata mereka.

Dalam proses massangki’, setiap warga desa, tanpa diminta, akan dengan ikhlas berkumpul di lokasi sawah yang akan di sangki’ pada hari itu. Dalam proses ini, tanaman padi yang telah menguning kemudian akan dipotong sedikit demi sedikit. Setelah satu petak sawah habis terpanen, tanaman-tanaman padi yang telah dipotong tadi kemudian diolah menggunakan sebuah mesin yang secara otomatis berfungsi untuk memisahkan gabah bersih dengan batang dan daunnya. Setelah gabah terpisah dan terkumpul, butir-butir gabah itu kemudian dikumpul dalam beberapa karung. Gabah dalam karung tersebut kemudian menunggu untuk diangkut ke rumah petani yang petak sawahnya telah di sangki’.

Warga-warga yang membantunya massangki’, memisahkan, dan mengangkat gabah itu tidak digaji. Mereka melakukannya secara sukarela. Ada kenikmatan tersendiri dengan berkumpul di tengah ladang setelah berolahraga alami dan berjemur di bawah terik seharian untuk massangki’. Berkumpul sambil makan nasi, songkolo’ (beras ketan), ikan asin, dan sayur bening, ditemani kopi hitam dan beberapa tembakau. Nikmat. Ini wajah solidaritas dan kerja sama warga yang nyata dan sangat bermakna.

Kegiatan ini sering disebut “Arisan Petani” oleh warga setempat. Saat ini memang saat yang ditunggu-tunggu, juga oleh beberapa anak-anak.





Namanya Aco. Anak kelas 5 SD Tassese’. Anak dari Pak Lawang, salah satu guru yang tinggal menetap di Desa Tassese. Dia sudah seperti adik ku, adik kawan-kawan di PILAR. Bagaimana tidak, setiap harinya, jika di Tassese, rumahnya selau saja menjadi tempat kami berkumpul dan tidur melepas penat.

Selasa, 03 April 2012

Wajah Baru Tassese


Hampir dua tahun saya absen dari desa ini. Banyak hal yang perlu diselesaikan di tempat lain. Ada tanggung jawab yang lebih prioritas untuk ditunaikan terlebih dulu. Yang kemudian membuat rindu untuk menapak jalan ke Tassese semakin menumpuk.


Beberapa kali, saya hanya mendengar cerita dari teman-teman yang sudah berkali-kali pulang-pergi Tassese-Makassar. Sampai ada kalanya saat untuk jauh dan pergi sebentar ketika mereka sedang asyik cerita tentang air terjun Tassimbung dengan pelanginya. Atau tentang nikahan salah satu mantan siswa yang saya lewatkan.



Pertama kali ke sini lagi, sejak hampir dua tahun lalu, saya sedikit asing dengan Desa Tassese.

Selasa, 27 Maret 2012

CERITA DI BALIK CINDEA

Desa Tassese Kec. Manuju Kab. Gowa adalah salah satu daerah yang dikuasai oleh pasukan Kahar Muzakkar yang dipimpin oleh Kahar Muang, Kahar Muzakkar sendiri mempunyai cita-cita mendirikan Negara islam dan Tassese salah satu daerah didalamya diterapkan hukum syariat islam.


Yang memimpin pemerintahan di desa Tassese Kec. Manuju Kab. Gowa, adalah salah satu prajurit Kahar Muzakkar yang bernama Kahar Muang. Kahar Muang masuk ke Desa Tassese sekitar tahun 50-an dan keluar dari Tassese sekitar tahun 1962, namun sebenarnya ini masih kontroversi, karena ada yang mengatakan kalau Kahar Muang memerintah selama 9 tahun sementara ada pula salah satu prajurit Kahar Muang yang bernama Dg. Colleng yang mengatakan bahwa selama pemerintahan Kahar Muang di Tassese ia menjadi prajurit selama 19 tahun.


Kahar Muang bersama prajuritnya yang waktu itu berjumlah 11 orang karena bertemu dengan salah satu warga Tassese yang bernama Dg. Colleng di Balla’ Lompoa. Dg. Colleng pun membawa masuk Kahar Muang dan para pasukannya ke Tassese, sesampai di Desa Tassese ia langsung memegang pemerintahan di Tassese karena saat itu Tassese tak dipegang oleh pemerintah siapapun, termasuk terbebas dari pemerintahan ke-Karaengan.

Pengetahuan Petani Desa Tassese Tentang Penanganaan Hama Secara Tradisional

Tassese, 19 April 2010


Desa Tassese terletak di salah satu bukit kabupaten Gowa, kecamatan Manuju. Hamparan sawah, gunung, hutan dan sungai akan ditemui di desa ini, udara segar (bebas polusi) dan lingkungan yang bersahabat akan menjadi jaminan ketika berkunjung ke desa ini. Jarak tempuh desa ini dari kota Makassar menghabiskan waktu selama dua jam perjalanan dengan mengendarai mobil. Desa Tassese memiliki luas wilayah 9,7 Km2 dengan luas lahan pertanian (sawah) 267 Ha. Jumlah penduduk desa Tassese 1.767 jiwa terdiri atas 481 kepala keluarga. 99,7% penduduk Tassese adalah petani dan 0,3% sisanya berpropesi sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS). Petani Tassese masing-masing memiliki lahan sendiri, namun tidak memiliki luas lahan yang sama, dalam satu kepala keluarga memiliki luas lahan minimal ½ Ha. 

Senin, 26 Maret 2012

Kepulan Tanya dari Tassese

Selalu saja refleksi menghadirkan tanda tanya. Ia kemudian membuat kita mengkanalisasi pertanyaan yang lahir menjadi kepulan-kepulan rencana. Jika malam selalu diidentikkan dengan refleksi, dan siang adalah aksi dan gairahnya, kaum urban hari ini bisa jadi adalah orang yang terlalu cinta akan gairah. Sehingga terkadang luput akan sebuah refleksi atas tindakan-tindakan yang mereka lakukan.

Jauh dari kebisingan jalan, amarah dan keramahan transaksional, sebuah desa di Kabupaten Gowa menghadirkan begitu banyak ruang refleksi maupun gairah. Desa ini bernama Tassese. Desa yang bangunan-bangunannya begitu tertata dengan rapih, sehingga mengingatkan kita dengan siaran berita malam TVRI yang mengabarkan panen raya di desa-desa Jawa hasil produk Panca Usaha Tani kerumah kita.

Senin, 19 Maret 2012

Hijau Di Tassese

15 Maret 2010
Fix You, salah satu lagu coldplay, masih setia mengalun menemani kebersamaanku dengan asse, siti, idha, dan budi, anak-anak tassese, di minggu pagi yang cerah ini. Kami duduk santai di belakang masjid, di atas batu besar, dengan pemandangan hamparan pegunungan, lembah, yang dihiasi hijau pohon yang beragam juga sengkedan warga setempat. Di tengah-tengah hamparan hijau pegunungan, ada siluet putih kecil. Saat kutanya apa itu, mereka bilang air terjun. Indah.

Kisah Tiga Pedagang di Tassese

Kisah Pedagang Sapi, Pedagang Organ Anak dan Pedagang Organ Alam 


RAHMAT, murid kelas IX di SMP Satap Negeri Tassese, pendiam. Sepintas orang-orang akan menganggapnya pelit. Hanya senyum yang biasa dia berikan. Bukan kalimat panjang, apalagi cerita.


Tuan Takur dan Tanah Adat Tassese (2)

Sangat sulit jika ingin mendapatkan tanah lapang yang datar, karena sebagian besar permukaan di Tassese berbentuk bukit-bukit terjal dengan hiasan terasering berbanjar kebawah. Sebagai alasnya, nampak hamparan sawah berair coklat yang siap ditanami. Pilihan Karina untuk lebih banyak di rumah pak Ruddin saat istirahat daripada meng-iya-kan ajakan Pahlawan Ayam, kerena harus menapak tukikkan terjal bukit-bukit Tassese. Sebagai gantinya, Pahlawan Ayam tidak bisa mengatakan “tidak” untuk ajakan menyusuri warung-warung jajanan di Tassese. Ini hiburan baru rombonganku.

Tuan Takur dan Tanah Adat Tassese (1)


Saat hujan pertama turun setelah kemarau panjang, sebagian anak buah Tuan Takur tidak sedang membayangkan keindahan air. Air yang terus memantulkan cahaya kecil dari matahari terselip sekapas awan. Air yang akan membanjiri dahaga petani kerena sejak enam bulan lalu sawah begitu menyesakkan nafas kerjanya. Air kemudian akan meresapi tanah, terus menyusupi serat akar tanaman. Aku ulangi, tidak semua anak buah Tuan Takur sedang membayangkan keindahan air yang terjun lepas dari pohon langit.

Lubang Nippon

Sebelumnya telah kuceritakan tentang Pahlawan Ayam, dan mengapa istilah tersebut lahir. Walaupun masih ada beberapa pembaca yang menyangkal objek sebenarnya. Dalam tulisan ini akan menceritakan tentang sejarah orang biasa. Mungkin akan dibahas terlebih dahulu apa ide besar sejarah orang biasa yang dimaksud. Sejarah orang biasa telah populer di Indonesia, jauh sebelum aku mengenalnya lewat tulisan Bambang Purwanto, seorang dosen sejarah “biasa” di UGM. Menurutnya, sejarah bangsa ini selain ditulis oleh dominasi laki-laki, juga militer. Militer disini pun ditentukan lagi siapa yang pantas untuk dituliskan dalam sejarahnya, baik peristiwa, aktor, maupun ideologi yang menjadi pondasi sejarah tersebut. Peristiwanya yah pasti tentang kejadian luar biasa seperti perang, kudeta berdarah, pemilu, dan peristiwa sosial politik besar lainnya. Kemudian peristiwa tersebut harus berhubungan dengan aktor terkenal, tokoh nasional, pemimpin perang, para jenderal dan tokoh besar lainnya, tidak dengan orang-orang kecil

Pahlawan Ayam

Tahun 2009, di sebuah negeri bernama Nusantara, berkendara seorang Pahlawan Ayam bersama seorang ajudan dan dua orang temannya menuju desa Tassese. Dua orang temannya adalah Peri Pengetahuan yang bertugas menyampaikan pesan kepada anak-anak di desa Tassese, bahwa akan hadir serombongan Guru. Kelak Guru-guru itu akan menghilangkan keresahan anak-anak yang sulit memahami pelajaran di sekolahnya. Beberapa tahun terakhir, di desa Tassese sangat kesulitan memperoleh guru yang dipercaya akan menyelamatkan mereka dari monster yang bernama “Standar Kelulusan Penguasa”.

Kehidupan Bernama Tassese

6 Desember 2009
Tassese-- Tidak ada yang meminta dilahirkan di tempat dan waktu yang mereka ingini. Begitu pula dengan sang legendaries sebesar Taupiq Ismail atau Bung Karno, yang punya garis hidup terkenal dan dipuja. Atau orang-orang yang memang sudah hidup dengan segala kemewahan dan kecukupannya. Meski kehidupan sapa pun punya caranya sendiri.