Selasa, 27 Maret 2012

CERITA DI BALIK CINDEA

Desa Tassese Kec. Manuju Kab. Gowa adalah salah satu daerah yang dikuasai oleh pasukan Kahar Muzakkar yang dipimpin oleh Kahar Muang, Kahar Muzakkar sendiri mempunyai cita-cita mendirikan Negara islam dan Tassese salah satu daerah didalamya diterapkan hukum syariat islam.


Yang memimpin pemerintahan di desa Tassese Kec. Manuju Kab. Gowa, adalah salah satu prajurit Kahar Muzakkar yang bernama Kahar Muang. Kahar Muang masuk ke Desa Tassese sekitar tahun 50-an dan keluar dari Tassese sekitar tahun 1962, namun sebenarnya ini masih kontroversi, karena ada yang mengatakan kalau Kahar Muang memerintah selama 9 tahun sementara ada pula salah satu prajurit Kahar Muang yang bernama Dg. Colleng yang mengatakan bahwa selama pemerintahan Kahar Muang di Tassese ia menjadi prajurit selama 19 tahun.


Kahar Muang bersama prajuritnya yang waktu itu berjumlah 11 orang karena bertemu dengan salah satu warga Tassese yang bernama Dg. Colleng di Balla’ Lompoa. Dg. Colleng pun membawa masuk Kahar Muang dan para pasukannya ke Tassese, sesampai di Desa Tassese ia langsung memegang pemerintahan di Tassese karena saat itu Tassese tak dipegang oleh pemerintah siapapun, termasuk terbebas dari pemerintahan ke-Karaengan.

Pengetahuan Petani Desa Tassese Tentang Penanganaan Hama Secara Tradisional

Tassese, 19 April 2010


Desa Tassese terletak di salah satu bukit kabupaten Gowa, kecamatan Manuju. Hamparan sawah, gunung, hutan dan sungai akan ditemui di desa ini, udara segar (bebas polusi) dan lingkungan yang bersahabat akan menjadi jaminan ketika berkunjung ke desa ini. Jarak tempuh desa ini dari kota Makassar menghabiskan waktu selama dua jam perjalanan dengan mengendarai mobil. Desa Tassese memiliki luas wilayah 9,7 Km2 dengan luas lahan pertanian (sawah) 267 Ha. Jumlah penduduk desa Tassese 1.767 jiwa terdiri atas 481 kepala keluarga. 99,7% penduduk Tassese adalah petani dan 0,3% sisanya berpropesi sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS). Petani Tassese masing-masing memiliki lahan sendiri, namun tidak memiliki luas lahan yang sama, dalam satu kepala keluarga memiliki luas lahan minimal ½ Ha. 

Senin, 26 Maret 2012

Kepulan Tanya dari Tassese

Selalu saja refleksi menghadirkan tanda tanya. Ia kemudian membuat kita mengkanalisasi pertanyaan yang lahir menjadi kepulan-kepulan rencana. Jika malam selalu diidentikkan dengan refleksi, dan siang adalah aksi dan gairahnya, kaum urban hari ini bisa jadi adalah orang yang terlalu cinta akan gairah. Sehingga terkadang luput akan sebuah refleksi atas tindakan-tindakan yang mereka lakukan.

Jauh dari kebisingan jalan, amarah dan keramahan transaksional, sebuah desa di Kabupaten Gowa menghadirkan begitu banyak ruang refleksi maupun gairah. Desa ini bernama Tassese. Desa yang bangunan-bangunannya begitu tertata dengan rapih, sehingga mengingatkan kita dengan siaran berita malam TVRI yang mengabarkan panen raya di desa-desa Jawa hasil produk Panca Usaha Tani kerumah kita.

Senin, 19 Maret 2012

Hijau Di Tassese

15 Maret 2010
Fix You, salah satu lagu coldplay, masih setia mengalun menemani kebersamaanku dengan asse, siti, idha, dan budi, anak-anak tassese, di minggu pagi yang cerah ini. Kami duduk santai di belakang masjid, di atas batu besar, dengan pemandangan hamparan pegunungan, lembah, yang dihiasi hijau pohon yang beragam juga sengkedan warga setempat. Di tengah-tengah hamparan hijau pegunungan, ada siluet putih kecil. Saat kutanya apa itu, mereka bilang air terjun. Indah.

Kisah Tiga Pedagang di Tassese

Kisah Pedagang Sapi, Pedagang Organ Anak dan Pedagang Organ Alam 


RAHMAT, murid kelas IX di SMP Satap Negeri Tassese, pendiam. Sepintas orang-orang akan menganggapnya pelit. Hanya senyum yang biasa dia berikan. Bukan kalimat panjang, apalagi cerita.


Tuan Takur dan Tanah Adat Tassese (2)

Sangat sulit jika ingin mendapatkan tanah lapang yang datar, karena sebagian besar permukaan di Tassese berbentuk bukit-bukit terjal dengan hiasan terasering berbanjar kebawah. Sebagai alasnya, nampak hamparan sawah berair coklat yang siap ditanami. Pilihan Karina untuk lebih banyak di rumah pak Ruddin saat istirahat daripada meng-iya-kan ajakan Pahlawan Ayam, kerena harus menapak tukikkan terjal bukit-bukit Tassese. Sebagai gantinya, Pahlawan Ayam tidak bisa mengatakan “tidak” untuk ajakan menyusuri warung-warung jajanan di Tassese. Ini hiburan baru rombonganku.

Tuan Takur dan Tanah Adat Tassese (1)


Saat hujan pertama turun setelah kemarau panjang, sebagian anak buah Tuan Takur tidak sedang membayangkan keindahan air. Air yang terus memantulkan cahaya kecil dari matahari terselip sekapas awan. Air yang akan membanjiri dahaga petani kerena sejak enam bulan lalu sawah begitu menyesakkan nafas kerjanya. Air kemudian akan meresapi tanah, terus menyusupi serat akar tanaman. Aku ulangi, tidak semua anak buah Tuan Takur sedang membayangkan keindahan air yang terjun lepas dari pohon langit.

Lubang Nippon

Sebelumnya telah kuceritakan tentang Pahlawan Ayam, dan mengapa istilah tersebut lahir. Walaupun masih ada beberapa pembaca yang menyangkal objek sebenarnya. Dalam tulisan ini akan menceritakan tentang sejarah orang biasa. Mungkin akan dibahas terlebih dahulu apa ide besar sejarah orang biasa yang dimaksud. Sejarah orang biasa telah populer di Indonesia, jauh sebelum aku mengenalnya lewat tulisan Bambang Purwanto, seorang dosen sejarah “biasa” di UGM. Menurutnya, sejarah bangsa ini selain ditulis oleh dominasi laki-laki, juga militer. Militer disini pun ditentukan lagi siapa yang pantas untuk dituliskan dalam sejarahnya, baik peristiwa, aktor, maupun ideologi yang menjadi pondasi sejarah tersebut. Peristiwanya yah pasti tentang kejadian luar biasa seperti perang, kudeta berdarah, pemilu, dan peristiwa sosial politik besar lainnya. Kemudian peristiwa tersebut harus berhubungan dengan aktor terkenal, tokoh nasional, pemimpin perang, para jenderal dan tokoh besar lainnya, tidak dengan orang-orang kecil

Pahlawan Ayam

Tahun 2009, di sebuah negeri bernama Nusantara, berkendara seorang Pahlawan Ayam bersama seorang ajudan dan dua orang temannya menuju desa Tassese. Dua orang temannya adalah Peri Pengetahuan yang bertugas menyampaikan pesan kepada anak-anak di desa Tassese, bahwa akan hadir serombongan Guru. Kelak Guru-guru itu akan menghilangkan keresahan anak-anak yang sulit memahami pelajaran di sekolahnya. Beberapa tahun terakhir, di desa Tassese sangat kesulitan memperoleh guru yang dipercaya akan menyelamatkan mereka dari monster yang bernama “Standar Kelulusan Penguasa”.

Kehidupan Bernama Tassese

6 Desember 2009
Tassese-- Tidak ada yang meminta dilahirkan di tempat dan waktu yang mereka ingini. Begitu pula dengan sang legendaries sebesar Taupiq Ismail atau Bung Karno, yang punya garis hidup terkenal dan dipuja. Atau orang-orang yang memang sudah hidup dengan segala kemewahan dan kecukupannya. Meski kehidupan sapa pun punya caranya sendiri.